Monday, March 30, 2009

FESTIVAL SUKABACA

There'll be Festival Sukabaca at Gramedia Expo, Jl. Basuki Rahmat No. 93-105 Surabaya, on April 12, 2009 from 12.00-17.00. This fest is for K-6 kids. In addition, I'll be giving a talkshow for an hour on early literacy in bahasa Indonesia. This talkshow is beneficial for teachers and parents. FREE!!! (This event is supported by Dinas Pendidikan, Dewan Pendidikan, and Forum PAUD.)

Sunday, March 1, 2009

PREDIKSI SOAL UN BAHASA INGGRIS SMP

UN atau Ujian Nasional yang akan diselenggarakan bulan April-Mei 2009 mendatang memang terasa menyeramkan. Baik bagi guru apalagi bagi siswa. Akibatnya, para guru melakukan berbagai upaya untuk "menyukseskan UN" di sekolah masing-masing. Upaya ini, yang positif, adalah dengan mencoba memrediksi soal yang akan "keluar" - bisa berwujud "try-out" atau berusaha membuat soal sendiri untuk di-"drill"-kan kepada siswa-siswanya.

Dalam diskusi tentang prediksi soal UN Bahasa Inggris SMP yang diselenggarakan oleh Dikdasmen Muhammadiyah Surabaya, 28 Februari 2009 lalu, terungkap bahwa Kisi-Kisi UN 2008/2009 yang diterbitkan Depdiknas melalui Permendiknas No. 78/2008 tanggal 5 Desember 2008, masih vague sehingga para guru tidak bisa memakainya sebagai dasar untuk menulis butir soal. Misalnya, vocabulary yang akan dipakai berapa word level; structure yang boleh digunakan se-complicated apa; topik teks apa saja yang disarankan.

Apabila hal-hal tersebut bisa diperjelas, maka tidak akan terjadi teks soal bertopik "pentagon" seperti yang di-try out-kan. Jangankan para siswa; para guru peserta diskusi pun mengaku bahwa mereka harus membaca beberapa kali untuk memahami beberapa teks yang ada di soal try-out.

Memang benar, di SKL (standar kompetensi lulusan) dan di Standar Isi dituliskan "teks pendek sederhana tentang kehidupan sehari-hari". Tapi rupanya pernyataan ini terabaikan, disamping ketidakjelasan: how simple is simple? Simple vocabulary, simple structure, or simple what?

Dengan demikian, tidaklah mengherankan apabila rata-rata hasil try-out hanyalah 3,6; sedangkan pemerintah mematok 5,5.

So, salahkah siswa? Salahkah guru? Salahkah UN? Or, salahkah ketidakjelasan itu sendiri?